KEMBARA PIKIR JUHAEDI
Juhaedi...duduk menunggu gula batu mencair di dalam gelas...pikirnya piknik menjelajahi kenggrantesan hidupnya..
" Di saat seperti ini,entah apa yang harus aku lakukan aku benar-benar tidak tahu,selain hanya memasrahkan kepada yang maha,dan membumbui dengan usahaku yang tidak seberapa.yah..mau bertanya kepada siapa...meskipun nantinya yang aku tanyai mungkin bisa sedikit meredam kebingungan,namun pada akhirnya mereka yang aku tanyai pun tidak benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi.saat ini bisa dikatakan seperti aku berada di tengah jurang dimana kedua tepian harus aku jaga di waktu yang bersamaan agar tidak runtuh.sisi kanan dan sisi kiri,keduanya sama pentingnya,sama kapasitas dan prioritasnya dan sama waktu dan momentumnya.mungkin aku yang tidak punya kapasitas dalam hal ini,atau mungkin memang sebenarnya keadaan tidak seperti ini tetapi aku yang membuatnya seperti ini,atau mungkin inilah jalan yang benar-benar harus aku lalui di masa-masa kehidupanku di dunia ini."
Juhaedi mengaduk gula batunya yang sudah mencair,mengambil sigaret,cengkih dan tembakau olahanya untuk dilinting.Tampaknya kali ini dia akan benar-benar melinting tembakau-tembakau panjang di pikiranya yang kalang kabut tidak beraturan.
"waduh yung ... dimana tehnya ini?sepertinya kemaren simbah baru saja mebuatkan teh gorenganya..." Juhaedi kluthak-kluthek mencari teh di dapur rumahnya yang sedang sepi,tanpa seorangpun disana.
" oh ini tehnya,spertinya kemarin aku taruh di meja minuman,kenapa sekarang ada disini?
ah mungkin ini simbah yang mindah...".kemudian dia menunghu teh gula batunya jadi sambil ngudud lintingannya dan di sedotan udud pertamanya dia mendengar suara yang terasa jauh.
" maling - maling - maling "
juhaedi mendengar dengan santai dan tidak kaget.tetapi suara itu menjadi bensin yang menyulut keras api pikiranya.
" maling hahahaha jika ada maling masuk kesini akan kuberikan semua pikiranku ini suka rela,sampai sebatas mana maling itu mampu membawanya".gedumel juhaedi.
Merasa menanggung dua dunia juhaedi tentu berharap sedikit mengendurkan bebanya yang tidak pernah dia ungkap di muka umum,ya maklum dia sudah tau dengan mengungkapnya di muka umum tidak mengubah apapun.
Di luar rumahnya suasana semakin ramai,orang-orang berlarian,teriakan di sana - sini .Tetap saja tidak selangkahpun juhaedi bergerak dari tempatnya hingga salah satu dari orang-orang yang berlarian di luar itu masuk kedalam tanpa permisi,membuka pintu kemudan menutup pintu dan duduk terengah-engah.
" kamu malingnya ya? ". tanya juhaedi kepada orang itu.
" bukan mas,saya hanya lewat,lalu saya diteriaki,saya takut dihajar beramai-ramai makanya saya lari mas. " orang itu menjawab tanpa terbata-bata dengan kondisinya yang ketakutan.
" kamu nama kamu siapa? dari mana dan mau kemana kamu?". juhaedi bertanya dengan santai.
" nama saya bingah mas,saya dari luar kota mau kerumah sahabat lama saya di kampung ini mas." lagi - lagi orang itu menjawab dengan tegas tanpa ragu.
" kamu itu salah tempat operasi di kampung ini,aku tau kamu mau maling...kamu benar-benar salah tempat,tapi kamu tenang...aku tidak akan teriak,aku punya banyak pikiran yang aku sediakan untuk kamu maling." sahut juhaedi.
" mas ampun mas...ampun jangan bawa saya ke warga mas... saya harus menghidupi keluarga saya mas.." sambil merengek bingah memohon kepada juhaedi.
" kamu itu kenapa maling? nasih banyak cara hidup yang bisa kamu lakukan ". juhaedi kembali membuka rembugan.
" saya tidak tau lagi harus bagaimana mas saya sudah buntu." jawab bingah.
" halaaaaaah sama! aku juga buntu ! ". jawab juhaedi sambil tertawa.
" lalu harus bagaimana mas ?" .bingah bertanya dengan cepat.
dengan santai juhaedi menjawab pertanyaan singkat dari bingah.
" Ya nggak usah gimana-gimana,ngeteh atau ngopi saja,nggak usah maling...kalau tidak ada teh atau kopi ya kamu ambil saja air sumur atau kali.sudah tidak perlu maling." juhaedi berlagak seperti orang tanpa beban.
" maslahnya ada yang harus saya hidupi mas,tidak mungkin saya malah ngeteh,ngopi.
modar semua ini mas ". bingah menaikkan nada bicaranya.
" ooo ya sudah kamu modar saja mas sana keluar ". juhaedi masih santai.
Bingah emosi dan mengancam akan membunuh juhaedi.Namun juhaedi tetap santai.
tanpa basa-basi,bingah yang emosi membunuh juhaedi yang tetap santai dengan gelas tehnya.Gelas itu di kepruk kemudian pecahan gelas itu digunakan untuk menusuk leher juhaedi.
Namun kemudian juhaedi bangun dari tidurnya,ternyata dia tertidur sebelum dia sempat meminum tehnya dan dia bermimpi.
" oh ternyata aku mimpi."
Komentar
Posting Komentar